
Aceh
Sejak zaman dahulu, Aceh telah menarik banyak perhatian dunia. Hal ini tidak terlepas dari posisi Aceh yang begitu strategis, yaitu sebagai jalur lalu lintas yang menghubungkan dua samudera. Disaat aceh dilanda gempa dan tsunami, daerah ini juga telah menarik banyak perhatian dunia. Aceh menjadi daerah “terbuka” (sebelumnya menjadi daerah tertutup karena status militer) bagi orang luar, khususnya orang asing. Kedahsyatan musibah itu sangat menarik perhatian dan mendorong masyarakat untuk keinginan besar memberi bantuan kepada para korban.
Salah satu pengaruh dari posisi yang begitu strategis dari keberadaan Aceh adalah daerah ini merupakan daerah yang pertama menerima pengaruh ajaran agama islam. Aceh merupakan pusat islam di nusantara. Dari sinilah islam menyebar keseluruh nusantara. Isam telah menyatu ke dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Aceh identik dengan islam. Untuk itu, bagi mereka yang ke Aceh harus mengerti segi-segi sosial budayanya. Pengetahuan tentang masalah ini sangat mendukung mereka untuk memasuki wilayah kehidupan masyarakat Aceh.
Letak Kota Banda Aceh
Banda Aceh merupakan sebuah kota yang mempunyai letak strategis di belahan Nusantara ini. Kota ini terletak di ujung barat Pulau Sumatra. Pada kawasan pantai merupakan jalur laut pelayaran internasional karena di situlah terletak Selat Malaka. Banda Aceh dapat dituju baik dari Jakarta maupun Singapura atau Kuala Lumpur. Dari Singapura/Kuala Lumpur hanya membutuhkan waktu 1 jam penerbangan langsung dari Singapura/Kuala Lumpur ke Banda Aceh. Sedangkan dengan kapal cepat dari Singapura/Kuala Lumpur ke Banda Aceh ditempuh dengan waktu 12 jam. Jalur lain dapat dilalui melalui Medan atau Jakarta dengan waktu tempuh yang lebih lama. Oleh karena itu, Banda Aceh pada dasarnya sangat dekat dengan kota internasional seperti Singapura ataupun Kuala Lumpur.
Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh, daerah kekuasaannya sampai ke Sumatera Timur, bahkan ke Siak dan sebagian Sumatera Tengah. Dengan demikian, terjadilah percampuran suku bangsa, misalnya perpindahan orang Minang dari Sumatera Barat ke Aceh menghasilkan percampuran dan membentuk satu kebudayaan baru yang kita kenal dengan aneuk jamee. Begitu pula migrasi penduduk Sumatera Timur yang bercampur dengan penduduk Aceh dan melahirkan kebudayaan Tamiang di Aceh Timur. Penduduk Aceh pada umumnya merupakan percampuran dari bangsa-bangsa lain di luar nusantara seperti dari Arab, Persi, Cina, India, dan Portugis. Bahkan kata ACEH ada yang mengartikan sebagai asal suku bangsa yaitu Arab, Cina, Eropa dan Hindia.
Adat istiadat yang berkembang dan menjadi norma-norma kehidupan berakardari agama Islam yang telah berkembang sejak abad ke-13. Ajaran Islam mengakar kuat di dalam hati sanubari dan jejak langkah kehidupan masyarakat. Bagi orang Aceh, ajaran agama merupakan tolok ukurdan barometer atas segala sikap, tindak-tanduk, perbuatan, dan penampilan mereka dalam pergaulan sesamanya. Sikap dan pandangannya dan segala macam bentuk benar-salah, bagus-jelek, baik-buruk dan segala macam bentuk penilaian selalu dikaitkan dengan ajaran agama Islam.
Masyarakat Aceh benar-benar menghayati ajaran agama Islam dalam kehidupannya. Penghayatan yang begitu besar dan mendalam terhadap ajaran agama Islam diwujudkan dalam bentuk akulturasi antara adat dan ajaran agama. Hal ini berarti seseorang yang telah berperilaku dan bersikap sesuai dengan yang dituntut atau digariskan dengan adat, ia telah berperilaku dan bersikap sesuai dengan ajaran agama atau sekurang-kurangnya tidak keluar dari bingkai agama yang mereka anut.
Misalnya, dalam kesenian tradisional, Aceh mempunyai identitas yang religius, komunal, demokratis dan heroik. Dalam pergaulan sudah menjadi kebiasaan apabila dua orang bertemu mereka saling menyapa dengan mengucapkan 'assalamualaikum' dengan jawaban 'wa'alaikumsalam'. Orang pertama memberikan salam kepada orang lain dan biasanya diikuti dengan saling berjabat tangan. Salam ini juga digunakan pada forum-forum yang formal.
Adat istiadat yang telah berakar pada kehidupan masyarakat tetap berjalan, misalnya pada upacara adat perkawinan yang masih tetap dijalankan dalam masyarakat termasuk juga upacara daur hidup lainnya. Di Kota Banda Aceh sentuhan Islam juga dapat dilihat pada jalan protokol terdapat papan nama yang bertuliskan kata-kata yang dikutip dari ayat-ayat suci Al Qur-an dalam membimbing pengguna jalan raya juga papan nama kantor instansi pemerintah maupun swasta menggunakan huruf Arab.
Fasilitas-fasilitas Akomodasi, Transformasi, Informasi
Kota Banda Aceh telah didukung oleh komponen berbagai fasilitas, sepeti sarana dan prasarana transportasi, fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau daerah yang dikunjungi, fasilitas rumah makan, objek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan, fasilitas perbelanjaan untuk membeli barang-barang souvenir, dan tempat untuk membeli dan mencetak film hasil pemotretan.
Hotel
Bagi mereka yang datang ke Banda Aceh dan sementara tinggal di kota ini selama berkunjung, telah tersedia hotel dan losmen. Hotel-hotel yang ada di kota ini ada yang telah berstatus sebagai hotel berbintang satu hingga berbintang tiga. Bagi mereka yang tidak ingin tinggal di hotel, di Banda Aceh tersedia pula losmen, dengan harga yang amat terjangkau. Hotel dan losmen ini berada di kawasan-kawasan perdagangan, seperti sekitar Pasar Aceh dan Mesjid Raya Baiturrahman (Hotel Kuala Tripa', Hotel Lading, Paviliun Seulawah3), Pasar Peunayong atau Rek (Hotel Wisata, Hotel Medan, Hotel Sultan, Hotel Cakra Donya, Losmen Aceh Barat), sekitar Terminal Setuy (Hotel Rasamala Indah). Dengan demikian, bagi mereka yang ingin merasakan dan menikmati kota Banda Aceh dengan segala fasilitas restoran, hiburan dapat dengan mudah dijangkau. Misalnya, anda menginap Paviliun Seulawah, maka anda akan dapat merasakan shalat shubuh di Mesjid Raya Baiturraham di pagi hari yang indah. Kemudian, setelah shalat anda dapat terus menuju ke warung atau rumah makan yang ada di sekitar Mesjid Raya Baiturrahman atau Pasar Aceh"' untuk menikmati makan pagi dengan nasi gurih dan minum kopi yang hangat. Pada siang hari Anda dapat menikmati gule kambing di warung yang berada di kawasan sekitar jl. Teungku Chik Di Tiro, simpangjambo Tape.
Pada malam hari Anda dapat menikmati suasana malam dengan makan malam di sekitar Taman Sari depan Hotel Kuala Tripa/Kantor Balaikota Banda Aceh) atau rek. Di kedua tempat ini banyak tersedia warung-warung yang terpadu dalam suatu tempat, misalnya di tempat itu tersedia makan-minum seperti mie, sate, martabak, soto, masakan Minang, dan sebagainya. Sesuai dengan pelaksanaan syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam, para tamu hotel/losmen dilarang membawa pasangan yang bukan suami/istri dan melakukan perbuatan tidak senonoh lainnya. Bagi mereka yang membawa suami/istri harus ada surat nikah.
Restoran
Pada umumnya rumah makan yang besar di Kota Banda Aceh menyajikan masakan khas Aceh dengan cara menghidangkan semua jenis makanan dalam satu hidangan misalnya di Rumah Makan Aceh Spesifik, Asia Utama, Jenaar, dan lainnya. Bahkan, banyak pula hotel atau penginapan yang melengkapinya dengan restoran seperti Hotel Sultan, dan lain sebagainya.
Selain restoran, di Kota Banda Aceh banyak terdapat pula warung/kedai kopi dan warung makan. Malahan, ada kebiasaan pada masyarakat Kota Banda Aceh dan Aceh umumnya untuk minum kopi di warung-warung kopi yang ada di sekitar tempat tinggalnya atau di pasar-pasar. Selain minum kopi, warga masyarakat ini juga menggunakan kesempatan minum kopi sebagai ajang tempat ngobrol, deal bisnis, dan sebagainya.
Di Banda Aceh terdapat beberapa warung kopi yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi orang, seperti warung kopi Abu Solong di kawasan Ulee Kareng dan warung kopi di kawasan shopping center Beurawe. Adapun makanan yang menjadi ciri khas pada masyarakat Kota Banda Aceh dan Aceh Umumnya adalah mie, martabak, dan gule kambing.
Toko Cendera Mata
Toko cendera mata yang ada di Kota Banda Aceh ini cukup beragam dengan menyediakan souvenir khas Aceh seperti rencong, tas/dompet, peci dengan bordir Aceh serta berbagai perhiasan rumah tangga yang bersulamkan benang emas dan bordir kerawang Gayo. Adapun jumlah pedagang souvenir yang berpusatkan di Pasar Aceh ada 177 buah. Anda dapat mendapatkan harga souvenir dengan berbagai pilihan, misalnya bordir dengan kualitas biasa hingga yang halus, rencong dengan hiasan kuningan sampai yang berhiaskan emas, atau pun berbagai kerajinan tangan lainnya dapat dipilih sesuai dengan selera dan kemampuan.
Pusat Telekomunikasi, Informasi
Seperti kota-kota lain di Indonesia, di Kota Banda Aceh juga sudah tersedia layanan komunikasi Telepon Lokal, SLJJ, SLI dan Faxmile oleh Telkom dan Opeator seluler lainnya. Sedangkan bagi yang menginginkan fasilitas pelayanan internet, tersedia warung internet yang banyak terdapat di kota Banda Aceh, seperti di Jalan Perdagangan, Jl. T. Nyak Arif, kawasan Kopelma Darussalam, Jl. Teuku Panglima Polem, Jl. H. Teungku M. Daud Beureueh. Bagi mereka yang ingin melakukan kegiatan surat-menyurat di kota ini tersedia kantor pos yang berada di Jl. H. Dimurtala dan jasa kurir, seperti TIKI, Pandu Siwi Sentosa, Intrasco, yang berada di sekitar kawasan Mesjid Raya Baiturrahman (Jalan Diponegoro).
Pelayanan informasi mengenai kepariwisataan dapat diperoleh di kantor Dinas Pariwisata Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak di Jalan Jl. Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Telp. (0651) 23692 Faks. (0651) 33723.
Berwisata di Aceh Melalui Heritage Trails
Tempat-tempat menarik di Kota banda Aceh umumnya berupa peninggalan sejarah mulai dari Zaman kerajaan/kesultaan dan peninggalan Belanda. Tempat-tempat menarik ini dibagi kedalam empat Trail atau jalur yang disebut dengan Heritage Trails diantaranya adalah Trail Kota Lama, Trail Krueng Aceh, Trail Lini Konsentrasi, dan Trail Aceh Lee Sagoe.
Trail Kota Lama
Trail Kota Lama meliputi kawasan Banda Aceh (kuta raja) pada masa kerajaan kesultanan. Sebagian lainyya adalah tempat-tempat bersejarah pada masa penjajahan. Trail Kota Lama melewati 37 tempat antara lain :
1. Asrama TNI Neusu (F-6), Bangunan zaman Belanda yang tidak tembus peluru.
2. Bank Indonesia (D-6), Gedung Da Javasche Bank di masa Gubernur Jenderal Belanda H.N. A. Swart.
3. Bioskop Garuda (E-5), Tempat Presiden Soekarno berpidato pada tahun 1948.
4. Blang Padang (E-5), Kawasan medan perang pada masa perang kolonial.
5. Bustanussalatin (Taman Raja-raja) (F-6), Dibangun pada masa pemerintahan Iskandar Muda.
6. CPM (E-6), Pernah menjadi benteng pertahanan Panglima Polem.
7. Gedung Baperis(F-6), Tempat bermusyawarah para pejuang Aceh (Gedung Pejuang).
8. Gedung Laka(E-5), Dirancang oleh Van Dijk( 1922) sebagai Asrama Putri Nasional.
9. Gedung Sentral Telepon Militer (F-6), Pusatsentral telepon militer, pada zaman Belanda & Jepang
10. Gunongan (F-6), Dibangun Sultan Iskandar Muda untuk Putri Pahang.
11. Hotel Aceh (E-6), Tempat Presiden Soekarno meminta bantuan pada rakyat Aceh.
12. Keraton (F-6), Komplek kerajaan Sultan Iskandar Muda.



Kerkhof-Peucut Gedung Sentra Telepon Militer Gunongan
13. Kerkhof (F-5), Kuburan massal Belanda pada masa peperangan.
14. Krueng Daroy (F-5), Sungai ini terletak di tengah Taman Bustanussalatin.
15. Lonceng Cakra Donya (F-6), Hadiah Kerajaan Cina dibawa Laksamana Ceng Ho (1414 M).
16. Makam TGK. 17 HAH (D-2), Monumen berupa Makam salah satu ulama Aceh di Deyah Glumpang.
17. Makam Kan Dang XII (F-6), Kompleks makam Sultan Aceh berjumlah 12 makam.
18. Makam Kandang Meuh (F-6), Kompleks makam beberapa Sultan dan Ulama Kerajaan Aceh.
19. Makam Poteu Jeumaloy (E-6), Makam Sultan Aceh berketurunan Arab (1699-Abad 17 M)
20. Makam Raja-raja Bugis Abad XVIII (F-6), Komplek makam raja dan ulama dari Bugis Sulawesi Selatan.
21. Makam Raja Jaul(H-S), Panglima Besar Johor, kakekdari Sultan Iskandar Muda.
22. Makam Raja Reubah(H-5), Pendatang dari melayu, memerintah sebagian Aceh Abad XVII.
Monumen Pesawat Seulawah Mesjid Raya Baiturrahman Cakra Donya
23. Makam Saidil Mukamil (E-5), Makam Sultan Aceh 1589 M, kakek Sultan Iskandar Muda.
24. Makam Sultan Iskandar Muda (F-6), Makam Sultan Aceh yang memerintah 1607-1636 M.
25. Makan Sultan Iskandar Tsani(F-6)
26. Masjid Raya BAiturrahman (E-6), Masjid yang dirancang oleh arsitek Belanda De Bruijns
27. Monumen Pesawat Seulawah (F-5), Monumen pesawat sumbangan rakyat Aceh untuk perjuangan
28. Museum Aceh(F-6), Berisi benda-benda pusaka milik para pembesar Aceh.
29. Pasar Aceh (E-6), Pasar tradisional di tengah kota Banda Aceh.
30. Pintu Khop (F-6), Gerbang penghubung antara Taman Ghairah dengan Keraton.
31. PLTD Apung (E-3), Kapal pembangkit listrik yang terhempas ke daratan saat tsunami.
32. Rumah Sakit Kesdam (E-7), Rumah Sakit pada masa kolonial Belanda dan bangunan air.
33. SMAI Banda Aceh (E-5), Pernah menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Teosofi
Tower Air Belanda PLTD Apung Kapal Tsunami Lampulo
34. Stasiun Kereta Api (E-6), Stasiun pertama di Kota Banda Aceh, dibangun oleh Belanda.
35. Taman Sari (F-6), Termasuk dalam kawasan Busatnussalatin (Taman Raja-raja)
36. Tower Air Belanda Taman Sari (E-6), Menara penampungan air di zaman Belanda
37. Makam TGK. Di Bitay (F-2), Makam panglima tentara, dan keturunan Kerajaan Ottoman Turki.
Trail Krueng Aceh
Sejak awal kerajaan Aceh, Krueng aceh merupaka highway pembentuk kota Banda Aceh. Desepanjang sunagi itulah bangunan-bangunan lama sejak zaman kesultanan berdiri, juga tanam-tanaman seperti Bustanussalatin, Pinto khop, Gunongan, dan Syiah kuala. Kerajaan pertama Aceh yag didirikan tahun 1205 oleh Sultan Johansyah juga berada di muara Krueng Aceh, yaitu Gampong Pande. Kawasan sepanjang Krueng Aceh merupakan daerah kosmopolitan.
Trail Kota Lama terdiri dari 23 tempat, diantaranya:
1. Abattoir (D-6) A, walnya merupakan rumah ibadah (Kuil) dan Kaum Syikh.
2. Gam Pong Pande (B-6), Tempat awal mula berdirinya Kerajaan Aceh Daiussalam.
3. Hotel Medan (E-6), Fasilitas umum yang selamat dari gelombang tsunami .
4. Kapal Tsunami Lampulo (C-7), Kapal nelayan yang terhempas menimpa rumah saat tsunami .
5. Kelenteng Cina (E-6), Rumah peribadatan kaum pendatang etnis Cina .
6. Kuburan Massal Ulee Lheule (E-2), Tempat pemakaman korban tsunami 26 Desember 2004.
7. Kuil Hindu (D-6), Tempat umat Hindu beribadat sejak zaman dulu .
8. Kuta Bak Mee (B-6), Benteng pertahanan melawan Belanda pada tahun 1873.
9. Kuta Bugeh (B-6), Benteng pertahanan melawan Belanda pada tahun 1873.
10. Kuta Meugat (C-4), Benteng pertahanan melawan Belanda pada tahun 1873.
11. Museum Tsunami NAD, Dibangun sebagai monumen untuk mengenang tsunami 24 Desember 21
12. Masjid TGK Di Anjong (D-6), Didirikan ulama pendatang dari Timur Tengah abad XVIII.
13. Masjid Ulee Lheue (D-l), Masjid yang dibangun sejak zaman Belanda tahun 1922.
14. Monumen Belanda Di Pelanggahan (10 SOLDIERS) (D-6), Tugu sejarah terbunuhnya 10 perwira belanda (6 Januari 1874)
15. Pante Cereumen (D-2), Tempat pendaratan Agresi I pasukan Belanda tahun 1873.
16. Peunayong (D-6), Kampung pendatang etnis Cina di pinggiran Krueng Aceh.
17. Pulau Gajah (E-6), Tempat tinggal 900 ekor gajah milik Sultan Iskandar Muda.
18. Rumah Snouck Hurgronje (D-6), Rumah pakar sosial budaya peneliti Aceh dan Belanda.
19. Rumah T. Nyak Arief (D-12), Rumah peninggatan mantan Gubernur dan ulama Aceh.
20. STM (D-6), Awalnya Rumah Sakit yang dibangun oleh Belanda.
21. Makam Syiah Kuala (A-7), Makam seorang ulama besar pada masa Kesultanan Aceh.
22. Tugu Belanda (C-7), Kuburan massal tentara Belanda pada agresi pertama.
23. Uleepata (G-l), Tempat dipenggalnya leher ulama Hamzah Fansuri.
Trail Lini Konsentrasi
Trail Lini Konsentrasi merupakan kawasan yang berupa jalur patroli Belanda pada masa penjajahan yang menghubungkan Bivak-Bivak. Mengintari Kutaraja dimulai dari Pante Ceureum dekat Ulee Lheue, Melalui Lambaro Kaphee hingga ke Kota Po di Amat (Pohama) di pantai utara Kutaraja. Trail Lini Konsentrasi terdiri dari 17 tempat antara lain:
1. Barak Bakoi (d-5), Salah satu barak pengungsian korban tsunami.
2. Cot Iri (d-5), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
3. Keutapang Duo (e-3), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
4. Lampadang (e-3), Komplek pemakaman keluarga dekat Cut Nyak Dien.
5. Krueng Cut (d-4), Pernah menjadi pasar Krueng Cut.
6. Kub. Massal Lambaro (e-3), Tempat pemakaman korban tsunami 26 Desember 2004.
7. Kuto Po Di Amat (d-4), Lokasi perang dengan Belanda pada masa perjuangan, dibangun sejak sebelum masa Sultan Iskandar Muda.
8. Lambaro (e-4), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
9. Lamnyong (d-4), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
10. Lampeuneurut (e-3), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
11. Lampeureumeu (d-4), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
12. Lamreueng (e-4), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
13. Lamsayun (e-4), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
14. Makam Panglima Teuku Nyak Makam (d-5), Makam pejuang Aceh yang dimakamkan tanpa kepala.
15. Rumpit (d-5), Titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
16. Siron (e-4), titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
17. Ulee Kareng (d-4), titik rute pengamanan patroli Belanda (Lini Konsentrasi).
Trail Aceh Lee Sagoe
Trail Lee Sagoe Merupakan Kawasan yang menghubungkan tiga buah Indra peninggalan Zaman Hindu-Budha di Aceh, yaitu Indrapurwa, Indrapatra, dan Indrapuri. Trail Aceh Lee Sagoe melalui beberapa tempat diantaranya:
1. Alaiikrar Lamteh (d-3), Tempat kesepakatan perdamaian antara pihak DI dan Pemerintah Indonesia tahun 1957.
2. Benteng Aneu' Galong (e-5), Tempat terjadinya pertempuran dahsyat antara pahlawan Aceh dengan Belanda, merupakan markas Panglima Pole.
3. Benteng Iskandar Muda (d-6), Benteng Sultan Iskandar Muda saat melawan Belanda.
4. Benteng Indrapatra (c-6), Peninggalan Kerajaan Hindu yang dibangun oleh putra Raja Harsya sekitar tahun 604 M.
5. Benteng Inoy Balee (d-7), Benteng yang digunakan untuk menjaga perairan Selat Malaka.
6. Benteng Kuta Lubuk (d-7), Benteng Sultan Iskandar Muda saat melawan Portugis yang datang dari Selat Malaka.
7. Dayah Keunaloy (g-8), Salah satu pusat pendidikan agama Islam yang berdiri pada tahun 1926.
8. Dayah Tanoh Abee (g-7), Salah satu dayah terkenal di Aceh, banyak menyimpan kitab-kitab dan manuskrip Islam.
9. Indra Purwa (d-2), Salah satu batas dari wilayah Kerajaan Aceh Lhee Sagoe.
10. Kuta Kaphe (A-9), Benteng pertahanan Jepang saat melawan belanda tahun 1942.
11. Lapangan Terbang Maimun Saleh (e-3), Merupakan lapangan terbang tertua di Aceh.
12. Makam Maharaja Lela (e-5) Makam keturunan bangsawan bugis yag dijadikan Ulee-Balang Aceh.
13. Makam Malahayati (d-6), Makam pejuang wanita Aceh, panglima angkatan laut saat melawan Portugis.
14. Makam Panglima Polem (g-6), Makam salah satu pahlawan Aceh dan Nasional.
15. Makam Teungku Chik Di Tiro (f-7), Makam salah satu pahlawan Aceh dan Nasional.
16. Makam T. Nyak Arief (e-4), Makam salah satu tokoh besar sekaligus mantan Gubernur Aceh.
17. Mesjid IndraPuri (f-6), Pusat kegiatan Kerajaan Aceh Darussalam setelah Belanda merebut Bandar Aceh Darussalam pada tahun 1874.
18. Mesjid Indrapurwa (d-3), Awalnya merupakan sebuah pura Kerajaan Hindu, dirubah menjadi mesjid ketika masuknya Islam.
19. Mesjid Rahmatullah Lampuuk (e-2),Mesjid ini merupakan bangunan yang bertahan dari gelombang tsunami pada Desember 2004 di daerah pesisir pantai Lampu'uk.
20. Rumah Cut Nyak Dien (e-3), Rumah seorang Srikandi (Pejuang Wanita) Aceh.
21. Rumah Kontrolir (g-7), Rumah Kontrolir Belanda yang tewas oleh pejuang Aceh pada tahun 1942.
22. Tugu Jepang (f-7), Tugu penghargaan untuk pejuang Aceh, dibangun oleh Jepang.
23. Tugu Pendaratan Jepang (c-5), Tugu ini dibangun sebagai monumen pendaratan Jepang pertama kali di Aceh.

Tiada ulasan:
Catat Ulasan